Logo

Featured Posts

SELAMAT DATANG DI BLOG KELOMPOK STUDI AKUAKULTUR UNIVERSITAS DIPONEGORO

Jumat, 05 April 2013

Ikan Botia (Chromobotia macracanthus)

By Unknown  |  01.05 No comments


Ikan botia ( Chromobotia macracanthus ) merupakan ikan alam asli Indonesia yang berasal dari Sungai Barito, Kalimantan Selatan dan Sungai Batanghari, Jambi, memiliki bentuk tubuh yang indah dengan punggung agak membungkuk sehingga tampak seperti pesawat tempur, warna tubuh kuning cerah dengan 3 (tiga) garis lebar atau hitam lebar. Ikan botia menjadi primadona ekspor ikan hias sampai saat ini. Harga satu ekor ikan dengan ukuran 5 cm mencapai 13 euro (183 ribu) di pasaran Eropa.  Tetapi di Indonesia sendiri, ikan itu dijual ke petani dengan harga sekitar Rp. 6.000 – 10.000/ekor.

Didalam buku Saanin (1984) disebutkan bahwa genus botia memiliki 2 spesies, yaitu Botia macracanthus dan B. hymenophysa. Sedangkan  Kottelat, dkk(1993), dalam buku Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi, mencatat adanya tiga spesies.  Selain kedua spesies tersebut, satu spesies lainnya adalah B. reversa. Botia macracanthus, mempunyai 3 pita hitam yang melingkari tubuhnya, sedangkan B. hymenophysa dan  B. reversa masing – masing mempunyai 13 – 15 pita dan 12 pita.

Menurut Darti dkk. (2007), klasifikasi ikan botia sebagai berikut :
Fillum               : Chordate
Kelas               : Osteichthyes
Subkelas         : Actinopterygii
Ordo                : Teleostei
Subordo          : Cyprinoidea
Famili              : Cobitidae
Genus              : Botia
Spesies            : macracanthus
Nama latin       : Botia macracanthus, Bleeker

Morfologi
Bentuk tubuh ikan botia adalah agak bulat memanjang dan agak pipih ke samping, kepala agak meruncing pipih kearah mulut (seperti torpedo).  Badan tidak bersisik, mulut agak kebawah dengan 4 pasang sungut diatasnya patil / duri dibawah mata yang akan keluar apabila marasa ada bahaya.  Oleh karna memiliki patil itulah botia disebut si mata berduri ( thorn eyes ).  Sirip dada dan sirip perut / anal berpasangan, sirip punggung tunggal dan sirip ekor bercagak agak dalam.

Warna ikan kuning cerah dengan 3 garis lebar atau pita hitam lebar.  Pita pertama melingkari kepala melewati mata, yang kedua dibagian depan sirip punggung dan yang ketiga memotong sirip punggung bagian belakang sampai ke pangkal ekor.  Sirip berwarna merah oranye kecuali sirip punggung yang terpotong garis hitam. (Dartidkk. 2007)

Karena tampilan ikan ini menyerupai badut, botia disebut sebagai ikan badut (clown fish / clown loach ) botia juga disebut si macan karna belang tubuhnya yang seperti macan. Botia termasuk ikan yang berumur panjang, ikan ini diduga bisa hidup puluhan tahun. Ikan botia bisa hidup dalam aquarium selama 20 tahun. Panjang ikan ini bisa mencapai 30-40 cm. Tetapi dalam lingkungan aquarium jarang yang dapat mencapai panjang potensialnya tersebut.

Adapun menurut  Ghufran dan Kordi (2009) perbedaan dari ketiga spesies ikan botia ini adalah sebagai berikut :


1.      Botia Macracanthus

Botia macracanthus

Spesies Botia macracanthus merupakan spesies yang mempunyai warna paling indah.  Warana dasar spesies ini kuning keemasan atau sawo matang yang dibalut warna hitam atau pita hitam di tiga tempat.  Pita hitam ini mirip selendang, yang menyebabkan botia disebut sebagai ratu ikan air tawar.  Pita hitam pertama memotong diatas kepala, melintas persis di mata.  Pita yang dibagian tengah tubuh agak lebar, dan yang melintas di pangkal ekor merambat sampai sirip punggung.  Spesies ini hanya terdapat di Indonesia, terutama Sumatera dan Kalimantan.

2.       Botia Hymenophysa
Botia Hymenophysa

Mempunyai warna dasar abu – abu atau kecoklatan, dengan bagian perut berwarna keperakan.  Bentuk tubuhnya mirip spesies Botia macracanthus,hanya saja ukurannya lebih panjang.  Pada tubuhnya terdapat 12 -14 pita tegak berwarna kebiru – biruan bertepi hitam.  Yang berwarna pucat lebih lebar. Pada sirip punggung terdapat 12 – 13 jari – jari bercabang, dan terdapat bercak dan garis warna pada ujung sirip punggung.  Spesies ini terdapat di Sumatra, Kalimantan, dan Malaysia.

3.      Botia Reversa
Botia Reversa

Spesies ini berwarna dasar abu – abu atau kecoklatan.  Bentuk tubuh dan kepala mirip spesies Botia hymenophsa.  Pada tubuhnya terdapat 12 pita tegak berwarna hitam. Pita yangb berwarna gelap lebih lebar dari pada yang pucat. Pada sirip punggung terdapat 9 – 11 jari – jari bercabang.  Spesies ini ditemukan di sungai – sungai di dataran tinggi.  Terdapat di Sumatra, Kalimantan, dan Jawa.

Habitat
Ikan botia yang berasal dari beberapa DAS di Sumatera dan Kalimantan. Penyebaran benih ikan botia di daerah banjiran sepanjang sungai Batang Hari mulai dari terusan sampai ke londerang pada musim penghujan. Penyebaran induk ikan botia mulai dari Muara Tembesi sampai Dusun Teluk Kayu Putih Kabupaten Tebo. Habitat ikan ini banyak ditemukan berkumpul di perairan yang tenang (tidak berarus deras). Ikan botia hidup di dasar perairan (termasuk ikan dasar), yang aktif mencari makan pada malam hari (nocturnal). Suhu untuk pertumbuhan adalah 24-28oC.

Menurut Darti dkk (2007) Daerah sungai dengan kondisi air ber pH yang agak asam antara 5,0 - 7,0  suhu 24 - 300C merupakan habitat ikan botia. Perairan jernih dengan batu-batuan dasar merupakan tempat botia tinggal. Dari survey yang dilakukan di daerah Sumatera Selatan (sungai Musi) diketahui anak-anak botia hidup di daerah yang berarus lemah, dasar lumpur dan keruh dengan kedalaman 5-10  m. Sementara induknya berada di daerah dengan arus kuat (hulu) yang jernih dan kasar berpasir dan bebatuan maximum kedalaman adalah sekitar 2 m. Ikan botia hidup di dasar perairan (termasuk ikan dasar), yang aktif mencari makan pada malam hari (nocturnal). Termasuk ikan yang pemalu sehingga lindungan atau sembunyian dalam pemeliharaan amat diperlukan.

Kebiasaan makan
Pada waktu malam botia mencari makan dengan menggunakan sungut sebagai peraba, memangsa berbagai cacing dan organisme lain yang ada di perairan.ikan botia  termasuk ikan omnivora atau makan apa saja walaupun pakan hidup lebih disukai. Sebagai ikan dasar maka pakannya adalah organisme dasar perairan seperti cacing baik cacing rambut (Tubifex sp) merupakan salah satu pakan yang baik karna mengandung pigmen yang dapat memperindah warna botia atau larva insekta dasar seperti cacing darah (Chironomus sp.) dan pellet dengan kandungan protein 30%.Penelitian yang mengamati di alam pada lambung botia juga ditemukan udang-udang kecil. (Darti dkk. 2007)

Reproduksi
Belum diketahui bagaimana ikan botia berkembang biak di alam.  Hanya saja anak-anak ikan ini banyak ditangkap pada musim hujan yaitu bulan oktober sampai januari,yang mengindikasikan saat itu adalah saat botia memijah.  Sementara pada musim kemarau tidak ada anak botia di alam.  Pemijahan yang dilakukan di lingkungan budidaya adalah dengan teknologi stimulasi hormon untuk merangsang pemijahan dan pembuahan yang dilakukan dengan cara buatan. (Darti dkk. 2007)

Bila hendak memijah, botia yang sudah matang gonad akan berenang melawan arus menuju hulu sungai yang berair dangkal. Disepanjang sungai yang dangkal dan jernih itu induk botia akan memijah. Setelah memijah, ikan akan kembali ke hilir mengikuti aliran sungai. Saat memijah, botia melepaskan semua telur – telurnya secara serempak.

Telur botia yang telah dibuahi akan menetas 14 – 26 jam setelah pembuahan. Anak – anak ikan botia berkelompok dalam jumlah besar sehhingga mudah ditangkap dalam jumlah banyak.botia mulai matang gonad setelah ukurannya ± 40 gr untuk botia jantan  dan untuk botia betina ± 70 gr, atau panjangnya lebih dari 15 cm. penelitian yang dilakukan oleh Darti dkk. (1999), menemukan bahwa indukan dengan ukuran 22 – 23 cm merupakan indukan dengan perkembangan gonad tercepat dan terbanyak.

Pengamatan histologigonad ikan botia yang dilakukan oleh Susanto (1996), membagi tingkat kemetangan gonad (TKG) menjadi 6 fase, yaitu sebagai berikut :
  1. TKG I.  Sel telur baru mengalami perbanyakan dari sel epitel dan membentukoogonia.  Kumpulan oogeniaberbentuk bulat yang dilapisi oleh satu dinding epitel.  Sitoplasmanya berwarna merah jambu dengan nucleus yang besar
  2. TKG II.  Ootgonia berkembang menjadi oositdenagn sitoplasma yang bertambah besar dengan nucleus yang terletak ditengah – tengahnya.  Selama perkembangannya, oosit ditutupi satu baris epitel.  Diameter oosit berkisar antara 100 – 150 um.
  3. TKG III.  Fase ini adlah fase berkembangnya dinding sel.  Oosit semakin membesar dan inti sel mulai tampak.  Sitoplasma yang berwarna biru merupakan awal / persiapan vitelogenesis.  Diameter telur antara 200 – 300um
  4. TKG IV.  Membrane inti mulai tampak berwarna terang, melingkari inti sel. Inti berwarna merah jambu sedangkan sitoplasma berwarna biru yang lebih terang dibandingkan pada TKG II dan III.  Pada fase ini vitelogenesis berlangsung dan mulai terbentuk granula dan vakuola pada sitoplasma.  Juga mulai terbentuk zona radiate yang berasal dari sel epitel.  Diameter telur antara 300 – 500 um.
  5. TKG V.  Pada fase ini nucleus tampak jelas dengan granula yang masih kasar. Sitoplasma berwarna biru, sedangkan nucleus berwarna merah jambu agak cerah dibandingkan dengan cairan yang mulai mengalami deregerasi.  Lapisan zona radiate tampak lebih jelas, tersusun dari sel berbentuk kubus dan sel tiang.  Diameter telur antara 500 – 600 um.
  6. TKG VI.  Fase ini merupakan fase maksimum perkembangna oosit, dimana sudah mengalami perkembangna optimal dengan vakuola yang berukuran besar dan jumlahnya sangat banyak.  Nucleus serta granula tampak lebih jelas, memenuhi sitoplasma.  Dinding folikel terdiri atas zona radiate, teka interna dan eksterna.  Pada bagian tertentu dari teka terdapat epitel yang menipis, membentuk mikrofil.  Diameter telur mencapai kisaran antara 600 – 700 um.




sumber:
http://stp-dkpakuakultur.blogspot.com/2010/08/teknik-budidaya-ikan-botia-chromobotia.html
http://aquacultureindonesia.wordpress.com/2011/08/13/teknik-budidaya-ikan-botia/
http://lisnawativedca.wordpress.com/2012/06/13/pengembangbiakan-ikan-botia-chromobotia-macracanthus-bleeker-secara-buatan-induced-breeding/

Wibowo, Sony. 2010. Paper TEKNIK BUDIDAYA IKAN BOTIA (Chromobotia macracanthus, Bleeker). Jakarta

Author: Unknown

Terima kasih telah berkunjung ke blog kami, kritik dan saran bisa langsung disampaikan ke salah satu sosmed ini

0 komentar:

Pengikut

E-mail Newsletter

Sign up now to receive breaking news and to hear what's new with us.

Recent Articles

© 2014 - Now K.S.A. UNDIP | Supported By Universitas Diponegoro | Created By DipoCyber | KOMINFO KSA 2014 |
TOP