Ikan
botia ( Chromobotia macracanthus ) merupakan ikan alam
asli Indonesia yang berasal dari Sungai Barito, Kalimantan Selatan dan Sungai
Batanghari, Jambi, memiliki bentuk tubuh yang indah dengan punggung agak
membungkuk sehingga tampak seperti pesawat tempur, warna tubuh kuning cerah
dengan 3 (tiga) garis lebar atau hitam lebar. Ikan botia menjadi primadona
ekspor ikan hias sampai saat ini. Harga satu ekor ikan dengan ukuran 5 cm
mencapai 13 euro (183 ribu) di pasaran Eropa. Tetapi di Indonesia
sendiri, ikan itu dijual ke petani dengan harga sekitar Rp. 6.000 –
10.000/ekor.
Didalam buku Saanin (1984) disebutkan bahwa genus botia memiliki 2 spesies, yaitu Botia macracanthus dan B. hymenophysa. Sedangkan Kottelat, dkk(1993), dalam buku Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi, mencatat adanya tiga spesies. Selain kedua spesies tersebut, satu spesies lainnya adalah B. reversa. Botia macracanthus, mempunyai 3 pita hitam yang melingkari tubuhnya, sedangkan B. hymenophysa dan B. reversa masing – masing mempunyai 13 – 15 pita dan 12 pita.
Menurut Darti dkk. (2007), klasifikasi ikan botia sebagai berikut :
Fillum
: Chordate
Kelas
: Osteichthyes
Subkelas
: Actinopterygii
Ordo
: Teleostei
Subordo
: Cyprinoidea
Famili
: Cobitidae
Genus
: Botia
Spesies
: macracanthus
Nama
latin : Botia macracanthus, Bleeker
Morfologi
Bentuk tubuh ikan botia
adalah agak bulat memanjang dan agak pipih ke samping, kepala agak meruncing
pipih kearah mulut (seperti torpedo). Badan tidak bersisik, mulut agak
kebawah dengan 4 pasang sungut diatasnya patil / duri dibawah mata yang akan
keluar apabila marasa ada bahaya. Oleh karna memiliki patil itulah botia
disebut si mata berduri ( thorn eyes ). Sirip dada dan
sirip perut / anal berpasangan, sirip punggung tunggal dan sirip ekor bercagak
agak dalam.
Warna ikan kuning cerah dengan 3 garis lebar atau pita hitam lebar. Pita pertama melingkari kepala melewati mata, yang kedua dibagian depan sirip punggung dan yang ketiga memotong sirip punggung bagian belakang sampai ke pangkal ekor. Sirip berwarna merah oranye kecuali sirip punggung yang terpotong garis hitam. (Dartidkk. 2007)
Karena tampilan ikan ini menyerupai badut, botia disebut sebagai ikan badut (clown fish / clown loach ) botia juga disebut si macan karna belang tubuhnya yang seperti macan. Botia termasuk ikan yang berumur panjang, ikan ini diduga bisa hidup puluhan tahun. Ikan botia bisa hidup dalam aquarium selama 20 tahun. Panjang ikan ini bisa mencapai 30-40 cm. Tetapi dalam lingkungan aquarium jarang yang dapat mencapai panjang potensialnya tersebut.
Adapun menurut Ghufran dan Kordi (2009) perbedaan dari ketiga spesies ikan botia ini adalah sebagai berikut :
1. Botia
Macracanthus
Botia macracanthus |
Spesies Botia
macracanthus merupakan spesies yang mempunyai warna paling indah.
Warana dasar spesies ini kuning keemasan atau sawo matang yang dibalut
warna hitam atau pita hitam di tiga tempat. Pita hitam ini mirip
selendang, yang menyebabkan botia disebut sebagai ratu ikan air tawar.
Pita hitam pertama memotong diatas kepala, melintas persis di mata.
Pita yang dibagian tengah tubuh agak lebar, dan yang melintas di pangkal
ekor merambat sampai sirip punggung. Spesies ini hanya terdapat di
Indonesia, terutama Sumatera dan Kalimantan.
2. Botia
Hymenophysa
Botia Hymenophysa |
Mempunyai warna dasar
abu – abu atau kecoklatan, dengan bagian perut berwarna keperakan. Bentuk
tubuhnya mirip spesies Botia macracanthus,hanya saja ukurannya
lebih panjang. Pada tubuhnya terdapat 12 -14 pita tegak berwarna kebiru –
biruan bertepi hitam. Yang berwarna pucat lebih lebar. Pada sirip
punggung terdapat 12 – 13 jari – jari bercabang, dan terdapat bercak dan garis
warna pada ujung sirip punggung. Spesies ini terdapat di Sumatra,
Kalimantan, dan Malaysia.
3. Botia
Reversa
Botia Reversa |
Spesies ini berwarna
dasar abu – abu atau kecoklatan. Bentuk tubuh dan kepala mirip
spesies Botia hymenophsa. Pada tubuhnya terdapat 12 pita
tegak berwarna hitam. Pita yangb berwarna gelap lebih lebar dari pada yang
pucat. Pada sirip punggung terdapat 9 – 11 jari – jari bercabang. Spesies
ini ditemukan di sungai – sungai di dataran tinggi. Terdapat di Sumatra,
Kalimantan, dan Jawa.
Habitat
Ikan
botia yang berasal dari beberapa DAS di Sumatera dan Kalimantan. Penyebaran
benih ikan botia di daerah banjiran sepanjang sungai Batang Hari mulai dari
terusan sampai ke londerang pada musim penghujan. Penyebaran induk ikan botia
mulai dari Muara Tembesi sampai Dusun Teluk Kayu Putih Kabupaten Tebo. Habitat
ikan ini banyak ditemukan berkumpul di perairan yang tenang (tidak berarus
deras). Ikan botia hidup di dasar perairan (termasuk ikan dasar), yang aktif
mencari makan pada malam hari (nocturnal). Suhu untuk pertumbuhan adalah 24-28oC.
Menurut Darti dkk (2007) Daerah
sungai dengan kondisi air ber pH yang agak asam antara 5,0 - 7,0 suhu 24
- 300C merupakan habitat ikan botia. Perairan jernih dengan
batu-batuan dasar merupakan tempat botia tinggal. Dari survey yang dilakukan di
daerah Sumatera Selatan (sungai Musi) diketahui anak-anak botia hidup di daerah
yang berarus lemah, dasar lumpur dan keruh dengan kedalaman 5-10 m. Sementara
induknya berada di daerah dengan arus kuat (hulu) yang jernih dan kasar
berpasir dan bebatuan maximum kedalaman adalah sekitar 2 m. Ikan botia hidup di
dasar perairan (termasuk ikan dasar), yang aktif mencari makan pada malam
hari (nocturnal). Termasuk ikan yang pemalu sehingga lindungan
atau sembunyian dalam pemeliharaan amat diperlukan.
Kebiasaan makan
Pada waktu malam botia
mencari makan dengan menggunakan sungut sebagai peraba, memangsa berbagai
cacing dan organisme lain yang ada di perairan.ikan botia termasuk ikan
omnivora atau makan apa saja walaupun pakan hidup lebih disukai. Sebagai ikan
dasar maka pakannya adalah organisme dasar perairan seperti cacing baik cacing
rambut (Tubifex sp) merupakan salah satu pakan yang baik karna
mengandung pigmen yang dapat memperindah warna botia atau larva insekta dasar
seperti cacing darah (Chironomus sp.) dan pellet dengan
kandungan protein 30%.Penelitian yang mengamati di alam pada lambung
botia juga ditemukan udang-udang kecil. (Darti dkk. 2007)
Reproduksi
Belum diketahui
bagaimana ikan botia berkembang biak di alam. Hanya saja anak-anak ikan
ini banyak ditangkap pada musim hujan yaitu bulan oktober sampai januari,yang
mengindikasikan saat itu adalah saat botia memijah. Sementara pada musim
kemarau tidak ada anak botia di alam. Pemijahan yang dilakukan di
lingkungan budidaya adalah dengan teknologi stimulasi hormon untuk merangsang
pemijahan dan pembuahan yang dilakukan dengan cara buatan. (Darti dkk. 2007)
Bila hendak memijah,
botia yang sudah matang gonad akan berenang melawan arus menuju hulu sungai
yang berair dangkal. Disepanjang sungai yang dangkal dan jernih itu induk botia
akan memijah. Setelah memijah, ikan akan kembali ke hilir mengikuti aliran
sungai. Saat memijah, botia melepaskan semua telur – telurnya secara serempak.
Telur botia yang telah
dibuahi akan menetas 14 – 26 jam setelah pembuahan. Anak – anak ikan botia
berkelompok dalam jumlah besar sehhingga mudah ditangkap dalam jumlah
banyak.botia mulai matang gonad setelah ukurannya ± 40 gr untuk botia
jantan dan untuk botia betina ± 70 gr, atau panjangnya lebih dari 15 cm.
penelitian yang dilakukan oleh Darti dkk. (1999), menemukan
bahwa indukan dengan ukuran 22 – 23 cm merupakan indukan dengan perkembangan
gonad tercepat dan terbanyak.
Pengamatan
histologigonad ikan botia yang dilakukan oleh Susanto (1996), membagi tingkat
kemetangan gonad (TKG) menjadi 6 fase, yaitu sebagai berikut :
- TKG I. Sel telur baru mengalami perbanyakan dari
sel epitel dan membentukoogonia. Kumpulan oogeniaberbentuk
bulat yang dilapisi oleh satu dinding epitel. Sitoplasmanya berwarna
merah jambu dengan nucleus yang besar
- TKG II. Ootgonia berkembang menjadi oositdenagn
sitoplasma yang bertambah besar dengan nucleus yang terletak ditengah –
tengahnya. Selama perkembangannya, oosit ditutupi satu baris epitel.
Diameter oosit berkisar antara 100 – 150 um.
- TKG III. Fase ini adlah fase berkembangnya
dinding sel. Oosit semakin membesar dan inti sel mulai tampak.
Sitoplasma yang berwarna biru merupakan awal / persiapan
vitelogenesis. Diameter telur antara 200 – 300um
- TKG IV. Membrane inti
mulai tampak berwarna terang, melingkari inti sel. Inti berwarna merah
jambu sedangkan sitoplasma berwarna biru yang lebih terang dibandingkan
pada TKG II dan III. Pada fase ini vitelogenesis berlangsung dan
mulai terbentuk granula dan vakuola pada sitoplasma. Juga mulai
terbentuk zona radiate yang berasal dari sel epitel. Diameter telur
antara 300 – 500 um.
- TKG V. Pada fase ini
nucleus tampak jelas dengan granula yang masih kasar. Sitoplasma berwarna
biru, sedangkan nucleus berwarna merah jambu agak cerah dibandingkan
dengan cairan yang mulai mengalami deregerasi. Lapisan zona radiate
tampak lebih jelas, tersusun dari sel berbentuk kubus dan sel tiang.
Diameter telur antara 500 – 600 um.
- TKG VI. Fase ini
merupakan fase maksimum perkembangna oosit, dimana sudah mengalami
perkembangna optimal dengan vakuola yang berukuran besar dan jumlahnya
sangat banyak. Nucleus serta granula tampak lebih jelas, memenuhi
sitoplasma. Dinding folikel terdiri atas zona radiate, teka interna
dan eksterna. Pada bagian tertentu dari teka terdapat epitel yang
menipis, membentuk mikrofil. Diameter telur mencapai kisaran antara
600 – 700 um.
sumber:
http://stp-dkpakuakultur.blogspot.com/2010/08/teknik-budidaya-ikan-botia-chromobotia.html
http://aquacultureindonesia.wordpress.com/2011/08/13/teknik-budidaya-ikan-botia/
http://lisnawativedca.wordpress.com/2012/06/13/pengembangbiakan-ikan-botia-chromobotia-macracanthus-bleeker-secara-buatan-induced-breeding/
Wibowo, Sony. 2010. Paper TEKNIK BUDIDAYA IKAN BOTIA (Chromobotia macracanthus, Bleeker). Jakarta
http://stp-dkpakuakultur.blogspot.com/2010/08/teknik-budidaya-ikan-botia-chromobotia.html
http://aquacultureindonesia.wordpress.com/2011/08/13/teknik-budidaya-ikan-botia/
http://lisnawativedca.wordpress.com/2012/06/13/pengembangbiakan-ikan-botia-chromobotia-macracanthus-bleeker-secara-buatan-induced-breeding/
Wibowo, Sony. 2010. Paper TEKNIK BUDIDAYA IKAN BOTIA (Chromobotia macracanthus, Bleeker). Jakarta
0 komentar: